Makalah tentang Pemuda dan Sosialisasi
Makalah
Ilmu Sosial Dasar
“Pemuda dan Sosialisasi”
Disusun oleh :
Mirani Shilva : 53417600
Kelas 1IA16
Fakultas Teknologi Industri
Mata kuliah : Ilmu Sosial Dasar
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan pada
kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah serta karunia-Nya
kepada kami, sehingga saya berhasil menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Pemuda Dan Sosialisasi”.
Makalah ini telah saya susun dengan
maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat menperlancar
pembuatan makalah ini. Untuk itu saya mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, saya
menyadari akan kemampuan saya yang masih amatir. Dalam makalah ini sudah sudah
berusaha semaksimal mungkin, tapi saya yakin makalah ini masih banyak kekurangan.
Oleh karena itu saya mengharapkan saran serta kritik yang membangun agar lebih
maju di masa yang akan datang.
Akhir
kata saya berharap semoga makalah tentang ‘Pemuda dan Sosialisai’ ini dapat
memberikan manfaat maupun insprirasi terhadap pembaca.
Depok,
28 Desember 2017
Mirani
Shilva
DAFTAR ISI
Kata
pengantar ..........................................................................................
1
Daftar
isi ....................................................................................................
2
BAB I
Pendahuluan.
1.1 .
Latar belakang ....................................................................
3
1.2 . Tujuan
penulisan ................................................................ 3
1.3 . Rumusan
masalah .............................................................. 4
BAB II
Pembahasan.
2.1.
Pemuda dan Identitas .........................................................
5
2.2.
Peran Pemuda dan Masyarakat dan Pembangunan .......... 5
2.3.
Sosialisasi Pemuda ............................................................
7
2.4.
Tujuan Pokok dalam Sosialisasi ........................................ 10
BAB
III Penutup .........................................................................................
11
Daftar
Pustaka ...........................................................................................
12
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar belakang
Pada umumnya, “pemuda” atau “generasi muda” merupakan
konsep-konsep yang selalu dikaitkan dengan masalah nilai. Misalnya “pemuda
harapan bangsa” dan lain sebagainya yang merupakan beban moral bagi pemuda.
Tetapi di lain sisi, pemuda menghadapi masalah persoalan-persoalan seperti
ungkapan frustasi, kecemasan akan masa depan, kenakalan remaja, dan masalah
lainnya. Dalam hubungan ini kemungkinan timbul konflik dalam berbagai bentuk
proses, baik yang terang-terangan maupun yang terselubung.
Menurut literatur psikologi, kelompok umur pemuda
masih dianggap sebagai kelompok yang terbuang dari kelompok orang-orang pada
umumnya dengan suatu subkultur tersendiri karena masa pemuda ditandai dengan
berbagai perubahan menuju ke arah tercapainya kematangan dalam berbagai aspek
seperti sikap, biologis, intelektual, dan emosional. Kenyataan ini memberikan
dampak perubahan sosial. Di satu sisi menimbulkan masalah penyediaan lapangan
pekerjaan, alokasi peran sosial, dan menggugah kestabilan sosial. Namun lain
sisi merupakan kesempatan bagi masyarakat untuk melakuakan perubahan-perubahan
dalam berbagai aspek seperti proses sosialisai, yaitu penyesuaian kemungkinan
yang terkandung dalam generasi baru dengan kebudayaan.
1.2.
Tujuan penulisan
Tujuan dalam penulisan makalah ini yaitu untuk menambah
wawasan mengenai pemuda dan sosialisasi. Selain itu kita juga dapat mengetahui
bagaimana proses sosialisasi terhadap pemuda dan peran pemuda dalam
bermasyarakat maupun pembangunan.
1.3.
Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang di
atas, maka dapat diuraikan rumusan masalah sebagai berikut :
a. Bagaimana
proses sosialisasi pemuda.
b. Peran
pemuda dalam masyarakat dan pembangunan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pemuda dan Identitas
Pemuda
adalah suatu generasi yang di pundaknya terbebani bermacam-macam harapan. Hal
ini dapat dimengerti karena pemuda diharapkan sebagai generasi penerus,
generasi yang akan melanjutkan perjuangan generasi sebelumnya, generasi yang
harus mengisi dan melanjutkan estafet pembangunan secara terus-menerus.
Hampir
seluruh pemuda mempunyai permasalahan-permasalahan yang sangat bervariasi, di
mana jika permasalahan ini tidak dapat diatasi secara proporsional maka pemuda
akan kehilangan fungsinya sebagai penerus pembangunan. Disamping menghadapi
berbagai permasalahan, pemuda memiliki potensi-potensi yang melekat pada
dirinya dan sangat berarti sebagai sumber daya manusia. Oleh karena itu
berbagai potensi positif yang dimiliki generasi muda harus dikembangankan
sesuai dengan asas, arah, dan tujuan pengembangan dan pembinaan generasi muda
di dalam jalur-jalur pembinaan yang tepat.
2.2. Peran Pemuda Dalam Masyarakat dan
Pembangunan
Kedudukan
pemuda dalam masyarakat adalah sebagai makhluk sosial yang bermoral. Maksudnya
pemuda harus beretika, bersusila, menjadi barometer moral kehidupan bangsa,
serta bertindak di atas kebenaran yang berlandasan hukum.
Peranan
pemuda dalam masyarakat dan bangsa telah digariskan dalam GBHN, yaitu :
1. Pengembangan
generasi muda disiapkan untuk kader penerus perjuangan bangsa dan pembangunan
nasional dengan memberikan bekal keterampilan, kepemimpinan, kesegaran jasmani,
daya kreasi, patriotisme, idealisme, serta kepribadian dan budi yang luhur.
2. Pengembangan
wadah pembinaan generasi muda seperti sekolah, organisasi fungsional pemuda,
organisasi olahraga, dan lainnya.
3. Perlu
diwujudkan suatu kebijaksaan nasional tentang kepemudaan secara menyeluruh dan
terpadu.
Akan
tetapi, apabila melihat peranan pemuda sehubungan dengan pembangunan, peranan
itu dibedakan menjadi dua, yaitu :
1. Didasarkan
atas usaha pemuda untuk menyesuaikan diri dengan berbagai tuntutan lingkungannya.
Pemuda
dalam hal ini dapat berperan sebagai penerus tradisi dengan jalan menaati
tradisi yang berlaku. Kebudayaan diwujudkan dalam tingkah lakunya
masing-masing. Usaha penyesuaian diri ini mungkin dilakukan terhadap
orang-orang yang sebenarnya justru berusaha mengubah tradisi. Hal ini tentu
akan melahirkan perubahan dalam tradisi tersebut dan menjadi perubahan dalam
masyarakat. Perubahan ini mengandung makna sumbangan atau sebaliknya dalam
pembangunan.
2. Didasarkan
atas usaha menolak menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Peranan
pemuda ini dapat dikelompokkan dalam tiga sikap, yaitu :
a. Pemuda
pembangkit.
Pemuda
jenis ini adalah pengurai atau pembuka kejelasan dari suatu masalah sosial.
Mereka secara tidak langsung ikut mengubah masyarakat dan kebudayaannya
sehingga ada kepuasan bagi dirinya dalam mencari kebebasan akibat kepengapan
sosial-politik. Pemuda pembangkit juga memperjuangkan masyarakat golongan
marginal atau masyarakat yang tidak menikmati hasil pembangunan/
b. Pemuda
nakal.
Pemuda
jenis ini tidak berniat melakukan perubahan, baik pada masyarakat maupun
pembangunan. Namun mereka hanya berusaha memperoleh manfaat dari masyarakat
dengan melakukan tindakan menguntungkan dirinya sendiri, sekalipun dalam
kenyataannya merugikan.
c. Pemuda
radikal.
Pemuda
jenis ini berkeinginan besar melakukan perubahan masyarakat dan kebudayaan
melalui cara-cara radikal dan revolusioner.
2.3. Sosialisasi Pemuda
Melalui proses sosialisasi, seorang
pemuda akan terwarnai cara berpikir dan kebiasaan-kebiasaan hidupnya. Dengan
demikian, tingkah laku seseorang akan dapat diramalkan. Dengan proses
sosialisasi, seseorang menjadi tahu bagaimana ia mesti bertingkah laku di
tengah-tengah masyarakat dan lingkungan budayanya. Dari keadaan tidak atau
belum tersosialisasi, menjadi manusia masyarakat dan beradab. Kedirian dan
kepribadian melalui proses sosialisasi dapat terbentuk. Dalam hal ini
sosialisasi diartikan sebagai proses yang membantu individu melalui belajar dan
menyesuaikan diri, bagaiman cari hidup dan bagaimana cara berpikir kelompoknya
agar dapat berperan dan berfungsi dalam kelompoknya. Sosialisasi merupakan
salah satu proses belajar kebudayaan dari anggota masyarakat dan hubungannya
dengan sistem sosial.
Proses
sosialisasi banyak ditentukan oleh susunan kebudayaan dan lingkungan sosial
yang bersangkutan. Berbeda dengan inkulturasi yang mementingkan nilai-nilai dan
norma-norma kebudayaan dalam jiwa individu, sosialisasi dititik beratkan pada
soal individu dalam kelompok melalui pendidikan dan perkembangannya. Oleh
karena itu proses sosialisasi melahirkan kedirian dan kepribadian seseorang.
Proses
sosialisasi juga adalah proses pembentukan sikap loyalitas sosial. Loyalitas
sosial atau kesetiaan sosial adalah perkembangan dari sikap saling menerima dan
saling memberi kearah ang lebih baik. Kita sangat mudah melihatnya pembentukan
kesetiaan sosial ini adalah dalam keluarga. Setiap anggota keluarga selalu
setia sesamanya. Di dalam kelompok dan masyarakat juga kesetiaan sosial ini
berkembang, sebagai dasar kesatuan dan persatuan dalam masyarakat. Dengan kata
lain kesetianan sosial berkembang mulai dari kelompok yang sederhan hingga
kelompok yang lebih luas.
Menurut
George Herbert Mead, sosialisasi yang dialami seseorang dapat dibedakan dalam
tahap-tahap sebagai berikut.
1. Tahap
persiapan (Preparatory Stage).
Tahap ini
dialami manusia sejak dilahirkan, ketika seorang anak mempersiapkan diri untuk
mengenal dunia sosialnya, termasuk untuk memperoleh pemahaman tentang diri.
Pada tahap ini juga anak-anak mulai melakukan kegiatan meniru meski tidak
sempurna. Contoh: Kata “makan” yang diajarkan ibu kepada anaknya yang masih
balita. Makna kata tersebut juga belum dipahami dengan tepat oleh anak.
Lama-kelamaan anak memahami secara tepat makna kata “makan” tersebut dengan
cara menghubungkannya dengan kenyataan yang dialaminya.
2. Tahap meniru
(Play Stage).
Tahap ini
ditandai dengan:
a) Semakin
sempurnanya seorang anak menirukan peran-peran yang dilakukan oleh orang
dewasa.
b) Mulai
terbentuk kesadaran tentang nama diri dan siapa nama orang tua, kakak, dan sebagainya.
c) Anak mulai
menyadari tentang apa yang dilakukan seorang ibu dan apa yang diharapkan
seorang ibu dari anak. Dengan kata lain, kemampuan untuk menempatkan diri pada
posisi orang lain juga mulai terbentuk pada tahap ini.
d) Kesadaran
bahwa dunia sosial manusia berisikan banyak orang. Sebagian dari orang tersebut
merupakan orang-orang yang dianggap penting bagi pembentukan dan pertahanan
diri, yakni dari mana anak menyerap norma dan nilai (Significant other).
3. Tahap siap
bertindak (Game Stage).
Peniruan
yang dilakukan sudah mulai berkurang dan digantikan oleh peran yang secara
langsung dimainkan sendiri dengan penuh kesadaran. Kemampuannya menempatkan
diri pada posisi orang lain pun meningkat sehingga memungkinkan adanya
kemampuan bermain secara bersama-sama. Dia mulai menyadari adanya tuntutan
untuk bekerja sama dengan teman-temannya. Pada tahap ini lawan berinteraksi
semakin banyak dan hubungannya semakin kompleks. Individu mulai berhubungan
dengan teman-teman sebaya di luar rumah. Peraturan-peraturan yang berlaku di
luar keluarganya secara bertahap juga mulai dipahami. Bersamaan dengan itu,
anak mulai menyadari bahwa ada norma tertentu yang berlaku di luar keluarganya.
4. Tahap
penerimaan norma kolektif (Generalized Stage).
Pada tahap ini seseorang telah
dianggap dewasa. Dia sudah dapat menempatkan dirinya pada posisi masyarakat
secara luas. Dengan kata lain, ia dapat bertenggang rasa tidak hanya dengan
orang-orang yang berinteraksi dengannya tapi juga dengan masyarakat luas.
Manusia dewasa menyadari pentingnya peraturan, kemampuan bekerja sama bahkan
dengan orang lain yang tidak dikenalnya secara mantap. Manusia dengan
perkembangan diri pada tahap ini telah menjadi warga masyarakat dalam arti
sepenuhnya.
Adapun
beberapa media yang digunakan dalam proses sosialisasi, diantaranya orang tua
ataupun keluarga. Orang tua dan keluarga merupakan hal utama yang mempengaruhi
sifat maupun perilaku seorang anak. Selain itu juga sekolah, masyarakat
sekitar, dan media massa dapat digunakan sebagai media dalam proses
sosialisasi.
2.4. Tujuan Pokok dalam Proses Sosialisasi
1. Individu
harus diberi ilmu pengetahuan (keterampilan) yang dibutuhkan bagi kehidupan
kelak di masyarakat.
2. Individu
harus mampu berkomunikasi secara efektif dan mengembangkan kemampuannya.
3. Pengendalian
fungsi-fungsi organic yang dipelajari melalui latihan-latihan mawas diri yang
tepat.
4. Bertingkah
laku secara selaras dengan norma atau tata nilai dan kepercayaan pokok ada pada
lembaga atau kelompok khususnya dan pada masyarakat umumnya.
BAB III
PENUTUP
3.1.
Kesimpulan
Pemuda merupakan satu identitas yang potensial
sebagai penerus cita-cita perjuangan bangsa dan sumber insani bagi pembangunan
Negara bangsa dan agama. Selain itu pemuda/mahasiswa mempunyai peran sebagai
pendekar intelektual dan sebagai pendekar social yaitu bahwa para pemuda selain
mempunyai ide-ide atau gagasan yang perlu dikembangkan selain itu juga berperan
sebagai perubah Negara dan bangsa ini. Oleh siapa lagi kalau bukan oleh
generasi selanjutnya maka dari itu para pemuda harus memnpunyai ilmu yang
tinggi dengan cara sekolah atau dengan yang lainnya, dengan begitu bangsa ini
akan maju aman dan sentosa.
DAFTAR PUSTAKA
Harwantiyoko & Katuuk
Neltje F. 1997.MKDU Ilmu Sosial Dasar. Jakarta. Gunadarma.
Komentar
Posting Komentar